Minggu, 08 Juni 2008

4. Malam Menakjubkan

Malam Menakjubkan

oleh Benny Rhamdani

“Akhir pekan nanti kita main ke rumah Om Bima ya,” ajak Ayah saat kami sekeluarga makan malam.

“Akhir pekan nanti ada acara ramai di teve malam harinya. Irfan nggak mau melewatkan acara itu,” kataku.

“Nanti di sana kita juga bisa nonton acara teve,” kata Ayah.

Aku akhirnya tidak bisa memberi alasan lain. Sebenarnya aku memang tidak tertarik ikutan ke rumah Om Irfan. Bukan apa-apa. Aku memang belum pernah ke rumah Om Irfan, tapi aku tahu daerah tempat tingal Om Irfan. Jauh di luar kota. Sama sekali tidak menarik.

Aku akan langsung setuju kalau Ayah mengajak kami nonton di bioskop, jalan-jalan ke mal, atau makan-makan di pusat kota. Tapi kalau jalan-jalan ke luar kota, aku kurang suka.

Alasan lainnya, menurutku keluarga Om Bima itu aneh. Baik itu Om Bima, Tante Riani dan Andro, anak Om Bima, sama anehnya. Mereka sangat suka sekali dengan hal-hal yang berbau benda-benda angkasa. Mereka bisa beerjam-jam ngomong soal planet, komet, galaksi, adan lainnya. Benar-benar membosankan. Buat apa membiacarkan benda yang jauh di langit?

Cuma … kalau Ayah mengajak, aku tidak bisa menawar. Acara keluarga akhir pekan harus diikuti semua. Termasuk berkunjung ke rumah Om Bia di luar kota.

Kami berangkat Sabtu sore dengan mobil yang dikendarai Ayah. Aku membawa gameboy yang banyak di tasku. Biar aku tidak merasa bosan nanti. Aku juga membawa komik-komik yang eblum sempat kubaca. Andro yang sebaya denganku juga suka komik. Tapi komiknya lebih banyak tentang benda luar angkasa.

Setelah dua jam perjalanan akhirnya kami sampai di rumah Om Bima. Oh iya, Om Bima bekerja di sebuah perusahaan telekomunikasi. Om Bima bagian mengawasi menara pemancar yang ada di luar kota. Itu sebabnya Om Bima tinggal di luar kota.

Selesai makan malam, kami berkumpul di ruang tengah. Ayah dan Ibu ngobrol dengan Om Bima dan Tante Riani. Aku ngobrol dengan Andro di kamarnya. Kamar yang penuh dengan benda-benda luar angkasa.

“Kamu nggak kesepian tinggal di luar kota yang sepi begini?” tanyaku sambil melihat ke luar jendela. Gelap benar. Hanya tampak langit yang diterangi bintang. Di luar sana memang banyak ditumbuhi pohon-pohon besar.

“Kadang kesepian. Tapi biar nggak eksepian aku banyak melakukan kegiatan. Jadi aku betah di sini. Jika dibandingkan tinggal di kota yang ramai, aku lebih betah di sini. Ya, sesekali saja aku pengin ke kota,” jawab Andro sambil membetulkan letak kacamatanya.

“Tapi tinggal di tempat seperti ini, pasti teman-temanmu tidak menyenangkan? Mereka pasti kebanyakan orang kampong yang bodoh, kotor dan tidak tahu apa-apa,” kataku.

“Tidak juga. Mereka pintar-pintar kok. Apalagi setelah kupinjamkan banyak buku. Mereka itu tidak banyak tahu karena sulit mendapat buku yang bagus di sini. Makanya aku sering meminjamkan mereka. Beberapa dari teman sekelasku sering main ke sini,” kata Andro.

Aku jadi tidak enak dengan pembicaraan ini. Sepertinya pembicaraan ini jadi tidak menyenangkan. Aku bingung mau apalagi. Inilah yang akhirnya membuatku sdikit bosan.



Tiba-tiba Ayah masuk ke kamar. “Ayo kita ke luar. Om Bima mengajak melihat bintang dan meteor,” kata ayah kemudian.

Andro tampak bersemangat mengajakku. Uh, apa sih asyiknya melihat bintang dan meteor?

Karna aku tidak mau emngecewakan ayah dan Ibu, aku pura-pura bersemangat seperti Andro. Lalu kami pergi ke luar rumah. Om Bimo tampak membawa peralatannya. Lalu kami berjalan menuju pncak sebuah bukit kecil.

“Kita akan berekreasi ke luar angkasa,” kata Om Bima sambil memasang alat peneropong bintang milknya.

Aku menatap langit. Langit yang bersih dan dipenuhi bintang. Langit yang berbeda dengan langit di kota. Heran, mengapa di sini bintang-bintang itu tampak sangat jelas ya?

“Lihat, itu rasi bintang Taurus. Nah itu Pisces!” tunjuk Andro.

Aku tidak mengerti maksud Andro. Tante Riani lalu menjelaskan perlahan. Kata tante Riani, di langit ada bintang-bintang yang berkelompok yang sering disebut gugusan bintang. Nah, gugusan itu sering menyerupai titik sebuah gambar. Misalnya saja ikan, kerbau atau kalajengking.

Hm, aku lalu memperhatikan ke langit. Benar juga.

“Pakai teleskop ini,” kata Om Bima.

Aku mengikuti. Ternyata bentuk-bentuk bintang itu jadi lebih jelas. Aku juga mulai melihat ada perbedaan antara bintang yang satu dan yang lain.

“Yang itu bukan bintang tapi Planet mars. Makannya warnamya berbeda,’ kata Andro memberitahuku.

Oh, kukira semua yang kulihat adalah bintang! Ternyata Planet juga bisa kulihat. Ug, betapa bodohnya aku.

“Nah, itu lihat! Ada meteor!” seru Tante Riani.

Wow! Aku melihat sebuah benda angkasa yang melesat di langit. Tapi kemduian benda itu menghilang.

Om Bima lalu menjlaskan padaku tentang meteor atau bintang jatuh itu. Om Bima juga menejlaskan padaku tentang susunan plaet, dan istilah angkasa luar lainnya. Lama-lama kok aku jadi tertarik dengan yang dijelaskan itu semua.

Oh iya, aku jadi menikmati acara liburanku malam ini. Benar-benar akhir pekan yang menakjubkan. Bahkan setelah puas berada di luar rumah mengamati benda luar angkasa, aku jadi ingin membaca pengetahuan lainnya lewat buku-buku koleksi Andro.

“Kamu bawa pulang saja kalau ingin mebacanya. Bukunya tebal-tebal,” kata Andro.

Aku mengangguk. Tiba-tiba aku ingin menanyakan sesuatu pada Andro.

“Menurutmu, apakah mahkluk angkasa luar atau alien itu ada?” tanyaku.

Andro terdiam. Lalu tiba-tiba kulihat sesuatu yang ebrubah di mukanya. Matanya melebar, mulutnya juga. Hidungnya berubah panjang. Mengapa Andro jadi berubah menegrikan? Dia jadi seperti Alien?

“Tidak! Tolong! Tidak!”

“Irfan bangun! Kamu kenapa?”

Aku kaget dan membuka mataku? Di depanku, andro masih dengan muka seperti biasanya.

“Kamu pasti bermimpi ya? Pasti gara-gara baca buku ini,” tunjuk Andro sambil menunjuk buku tentang Alien.

Oh, aku jadi malu. Ya aku ternyata bermimpi. Memalukan!

***

Tidak ada komentar: